Yang Semarak dari Perayaan Ngarot
Nov 27, 2014
Ada yang menarik di Kecamatan Lelea, Indramayu pada November ini.
Tepatnya pada Rabu (19/11) lalu, salah satu adat khas Lelea, Ngarot, digelar.
Perhelatan Ngarot mengundang perhatian masyarakat Kecamatan Lelea dan
sekitarnya, hingga penonton memadati jalan sepanjang Kecamatan Lelea. Selain
sekedar berbelanja di pasar tumpah, tentu tujuan utamanya adalah untuk
menyaksikan prosesi adat yang hanya digelar setahun sekali ini.
Menurut Pengurus Karang Taruna Lelea, Supriyadi, Ngarot
diselenggarakan untuk menyambut datangnya musim hujan, yang berarti musim untuk
menanam padi. Uniknya, Ngarot diselenggarakan hanya pada hari Rabu setiap
tahun. Menurut Supriyadi, pernah suatu ketika Ngarot diselenggarakan di hari
lain namun banyak hambatan dalam pelaksanaannya hingga upacara Ngarot tidak
berjalan lancar. Pasca kejadian tersebut, pelaksanaan Ngarot tetap dilaksanakan
pada hari Rabu setiap tahunnya, selain juga karena hari Rabu dianggap keramat
oleh masyarakat Ngarot dan merupakan hari baik untuk menanam padi.
Ngarot diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas
hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat bagi para petani untuk kembali
memulai menanam padi, dengan harapan agar hasil panen akan lebih baik dari
tahun sebelumnya. Selain itu, masih menurut Supriyadi, penyelenggaraan Ngarot
merupakan salah satu upaya pelestarian budaya warisan leluhur.
Arak-arakan peserta Ngarot |
Upacara Ngarot dimulai pukul 07.00 WIB, ditandai dengan
berkumpulnya para peserta di halaman rumah kepala desa. Muda-mudi tampak segar
dengan riasan gagah dan cantik. Setelah seluruh peserta berkumpul, peserta
kemudian diarak mengelilingi kampung dengan kepala desa di urutan paling depan
dan peserta laki-laki di barisan belakang, diiringi musik khas daerah
Indramayu. Setelah mengelilingi kampung, semua peserta ngarot masuk ke aula Balai Desa dan disambut dengan
pertunjukan tari topeng Indramayu.
Selain tari topeng, dipentaskan juga tari jaipong dan organ pantura khas Indramayu.
Hal yang unik dari perayaan Ngarot ini adalah hanya diikuti oleh
remaja baik putra dan putri yang masih lajang, bahkan anak-anak usia sekolah
dasarpun boleh ikut serta. Selama masih lajang, maka diizinkan mengikuti Ngarot
lebih dari sekali. Peserta Ngarot tampak dari kostum yang mereka kenakan.
Remaja putra mengenakan baju komboran dan celana gombrang berwarna
hitam yang dilengkapi dengan ikat kepala. Sementara itu, remaja putri mengenakan kebaya berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti gelang dan cincin, juga mengenakan hiasan rambut dari rangkaian bunga.
Remaja putri peserta Ngarot |
Uniknya, bunga yang dipasang di kepala remaja putri dipercaya sebagai
pertanda kesucian perempuan. Masyarakat Lelea
percaya, apabila bunga yang dikenakan tersebut layu saat sampai di Balai Desa, menandakan bahwa remaja tersebut sudah
tidak suci lagi. Sebaliknya, jika bunga tersebut tetap segar hingga di Balai
Desa maka remaja putri tersebut dipercaya masih suci. Generasi muda mudi di
Kecamatan Lelea ini tidak diharuskan untuk mengikuti upacara adat ini, namun
karena upacara adat ini sudah berjalan bertahun-tahun sehingga ada keinginan
sendiri dari pihak remaja, juga orang tua yang mendukung putra-putrinya untuk
berpartisipasi dalam upacara adat ini sebelum mereka melepas masa lajangnya. (Yeni Nur’aeni, Bintang Book Corner Indramayu)