Mengenal Ki Ahmadi Dalang Wayang Cepak Indramayu
Dec 27, 2014
Ki Ahmadi Dalang Wayang Cepak
Anda mungkin hanya mengetahui wayang kulit, wayang golek dan wayang orang. Jika bertanya kepada pemuda sekarang, sudah hampir dipastikan tidak tahu jika ada wayang lain selain yang disebutkan tadi. Wayang tersebut adalah Wayang Cepak kesenian tradisional masyarakat Indramayu dan Cirebon.
Wayang Cepak merupakan suatu seni pertunjukkan yang menggunakan wayang golek sebagai lakonnya. Hanya bedanya pada bagian kepalanya tidak seperti wayang golek pada umumnya, wayang cepak bentuknya papak atau rata sehingga disebut wayang cepak.
Selain itu, Wayang Cepak menampilkan cerita bukan seperti pewayangan biasa, melainkan bercerita tentang kehidupan raja-raja dan sejarah seperti cerita Nyi Mas Gandasari, Wiralodra, Ki Tinggjl, Kuwu Sangkan, Bagal Buntung, dan lain-lain.
Wayang cepak merupakan kesenian tradisional yang hanya ada di wilayah Indramayu dan Cirebon. Wayang cepak ini konon sengaja diciptakan oleh Sunan Gunung Djati sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam.
Beberapa hari yang lalu kami berhasil mewawancarai Ki Ahmadi, Dalang Wayang Cepak dari Anjun Paoman Indramayu, pemilik kesenian tradional Wayang Cepak "Sekar Harum". Ki Ahmadi adalah generasi ke-5 dari penerus dalang wayang cepak, leluhurnya yaitu Ki Pugas, Ki Warya, Ki Koja, Ki Salam.
Selain Ki Ahmadi ada dalang wayang cepak lainnya seperti Dalang Warsyad pemiliki wayang cepak "Jaka Baru" dari Gadingan Sliyeg dan dalang Ki Tayut dari Desa Juntinyuat pemiliki grupnya "Sri Budi". Tapi sayang Ki Ahmadi tidak memiliki penerus karena dia tidak memiliki anak laki-laki. Hingga saat ini ilmu dalangnya belum diturunkan kepada siapa pun karena tidak ada anak muda yang mau mempelajari seni wayang cepak dari daerah Indramayu.
Anak-anak muda sekarang lebih senang dengan musik-musik dari luar negeri seperti reggae, punk, pop, korea dan musik lainnya, begitu juga dengan masyarakatnya yang lebih suka dengan musik organ tunggal dibandingkan dengan mempelajari kesenian tradisional. Dia mempunyai keinginan untuk mendirikan sanggar seni wayang cepak agar kesenian tradisional ini tidak punah.
Ki Ahmadi mengatakan kepada kami “ingin sekali memperkenalkan wayang cepak kepada pelajar di seluruh Indramayu. Agar generasi muda di Indramayu bisa mencintai seni tradisional yang hampir punah ini”. Walaupun untuk satu kali pertunjukan secara lengkap, si pengundang harus mengeluarkan uang sebanyak 8 juta rupiah untuk wilayah Indramayu sementara untuk wilayah lain ditambah dengan biaya transportasi. Tetapi semua bisa diatur kalau untuk kepentingan pendidikan.
Selain itu, minimnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap pagelaran wayang cepak, membuat Ki Ahmadi tidak ada pilihan lain untuk menafkahi anak dan isterinya. Sampai beliau terpaksa menjual beberapa tokoh wayang cepak aslinya yang sudah berumur ratusan tahun seperti tokoh wayang golek Hanoman, Naga, Garuda, dan Menak untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun beliau tidak menjual seluruh wayang cepak yang asli warisan dari nenek moyangnya yang sudah berumur sekitar 300 ratusan tahun ini. Beliau juga sempat menjual beberapa peti wayang cepak ke negara lain, diantaranya Belanda dan Jepang, tetapi bukan yang aslinya melainkan duplikatnya, yang dipesan di Desa Gadingan Indramayu.
Pada Tahun 2009 lalu Ki Ahmadi jatuh sakit sampai beberapa bulan lamanya, badannya panas dingin disertai batuk-batuk. Karena sakit yang berkepanjangan dan perlu biaya untuk berobat, terpaksa ki Ahmadi menjual satu set gamelan dengan harga 15 juta ke sesama dalang yang ada di Indramayu.
Bersyukur Ki Ahmadi sekarang sudah pulih, Ki Ahmadi tetap menjalankan profesinya sebagai dalang wayang cepak walaupun beliau harus meminjam gamelan dari beberapa nayaga (pemain musik tradisional) dan teman-teman dalangnya.
Itulah sepenggal pengalaman hidup Ki dalang Ahmadi selama menjalani profesinya. Mudah-mudahan setelah mendengar cerita ini, banyak anak muda yang tertarik mempelajari dan mencintai wayang cepak. Semoga cita-cita ki Ahmadi memiliki sanggar untuk melestarikan kesenian wayang cepak segera terwujud dengan bantuan pemerintah atau institusi non pemerintah.
Catatan : Beberapa tulisan dikutip dari Kaskus.
kisah pewayangan mengandung ajaran moral yang baik
ReplyDeletesampe menjelang almarhum, sanggar wayang golek cepak belum bisa berdiri.
ReplyDeletesy sbg sdrnya masih ingin tetap ada kelanjutan agar sanggar bisa berdiri utk mengenang jasa beliau yg cukup lama menjalankan titah leluhur srt mempertahankan budaya adiluhung. semoga saja ada pihak terkait utk bisa mempertahankan utk menguri-uri budaya dermayu aja sampe mlayu.