Yoga Permana Maharsi, Remaja Pembuat Wayang Dari Indramayu
Mar 2, 2016
Yoga Permana Maharsi |
Anak remaja usia belasan tahun tentu menyukai dengan gambar-gambar kartun, seperti Naruto, Doraemon, Marsha & Bear, Spongebob, serta anime-anime dari Jepang lainnya. Tetapi anak yang satu ini lebih memilih membuat wayang yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
Namanya Yoga Permana Maharsi, dia adalah seorang pelajar kelas IX di sekolah menengah pertama di Gabuswetan tepatnya SMP Negeri 1 Gabuswetan Kabupaten Indramayu.Karya-karya berupa wayang kulit kini menghiasi ruang kelas dan ruang guru di SMP Negeri 1 Gabuswetan.
Menurut teman-temannya, sejak duduk di bangku SD (Sekolah Dasar) dia sudah sering melukis tetapi awalnya melukis kartun yang sedang populer. Tetapi sejak SMP dia mulai melukis tokoh-tokoh pewayangan yang ia sukai.
Berbagai tokoh pewayangan pernah dia buat seperti tokoh Semar, Werkudara, Kresna dan lain-lain. Dia membuat tokoh pewayangan dengan cara melihat contoh pada gambar kemudian ia tiru semirip mungkin dengan wayang kulit aslinya.
Sayangnya dia belum membuat wayang kulit pada lembaran kulit asli, karena kendala bahan bakunya. Sehingga dia sekarang masih membuat wayang pada kertas karton. Tetapi cara pembuatan dan pengecatan nyaris sempurna sudah mendekati aslinya bahkan hampir sulit dibedakan antara yang asli dengan yang buatannya demikian diungkap Dalil guru Seni Budaya SMP Negeri 1 Gabuswetan.
Yoga mengenal gambar bukan melalui sanggar atau kursus, tetapi secara otodidak dengan mencoba melukis dan memperhatikan wayang saat ada pertunjukan wayang di desanya. Oleh karena itu pihak sekolah mendukung Yoga dengan diarahkan untuk menjadi seniman yang lebih berkreasi lagi di masa yang akan datang.
Bahkan Yoga diminta untuk mengembangkan bakatnya dengan menerima orderan pembuatan wayang karton ini dari siapa pun. Tokoh pewayang yang dibuatnya nanti sesuai dengan keinginan konsumen. Tetapi proses pembuatannya bisa membutuhkan waktu yang relatif lama tidak bisa satu hari jadi, melainkan bisa selama seminggu atau bahkan lebih.
Ini bisa dipahami mengingat Yoga masih sekolah dan sedang menghadapi Try out, Ujian Tengah Semester, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional sehingga konsentrasinya terbagi. Mungkin setelah selesai Ujian Nasional dia bisa fokus jika ada konsumen yang memesan wayang karyanya.
Karya remaja ini bahkan diapresiasi oleh Kepala UPTD Kecamatan Gabuswetan Bapak Sinar Agung, dan menyarankan Yoga untuk sekolah di SMK Seni atau yang berhubungan dengan seni lukis atau grafis sehingga bakatnya bisa dikembangkan lebih baik lagi.
Mudah-mudahan bakat anak ini bisa lebih berkembang lagi di masa yang akan datang dan bisa mengharumkan nama Indramayu di mata dunia.