Chaerul Anam, Pemuda Asal Amis Cikedung Pembuat Alat Leptospray
Nov 4, 2017
Chaerul Anam saat berada di Jerman (Foto Facebook Chaerul Anam) |
Lahir dari seorang ibu yang berprofesi pedagang di sekolahan SD tidak menghalanginya untuk berprestasi. Ayahnya yang hanya seorang petani tetapi tidak membuat Chaerul Anam pemuda asal desa Amis kecamatan Cikedung ini berdiam diri.
Justru dari
kekurangan ini membuat dia selalau bersyukur kepada Allah SWT dan berusaha
untuk belajar menjadi yang terbaik. Di sela-sela aktivitasnya mengikuti ajang
internasional dia mau diwawancara oleh kami (BloggerMangga) dan dia mengatakan :
“Alhamdulillah
saya bersyukur sudah disekolahkan oleh orang tua di sekolah yang berbasis
pondok pesantren, walaupun sedikit tapi setidaknya saya sudah dibekali ilmu
agama, alhamdulillah saya masih diberi rejeki untuk bisa melanjutkan kuliah di
UII Yogyakarta” (Universitas Islam Indonesia)”.
Dia kuliah
di Universitas Islam Indonesia mengambil jurusan teknik elektro, awalnya dia mau
masuk di jurusan teknik informatika, tapi karena guru kimia waktu SMA-nya menyarankan
dia masuk ke teknik elektro karena waktu SMA dia suka dengan robot-robotan maka
dia pun menerima saran dari gurunya tersebut.
Waktu SMA
dia memang sudah senang dengan membuat miniatur robot-robotan menggunakan
tongkat toya di kegiatan pramuka sering disebut dengan pionering. Tapi waktu
itu dia belum kepikiran membuat robot beneran hingga akhirnya dia masuk ke UII.
Walaupun dirinya mengaku daftar SNMPTN ke ITB tetapi hanya sebatas coba-coba
dan dia merasa sadar diri kemampuannya.
Setelah
menjadi mahasiswa UII teknik elektro dia mengikuti berbagai kegiatan seperti UII
IENA 2017 yang menjadi kegiatan pertamanya mengikuti lomba yang berstandar
internasional. Sebelumnya dia pernah mengikuti ajang KRI (Kontes Robot Indonesia)
tingkat nasional dan hanya bisa mencampai regional 3.
Tetapi
ternyata walaupun belum berhasil di ajang tersebut, ternyata Allah memberi
rejeki yang tidak disangka-sangka dan diduga sebelumnya. Dia dimintai bantuannya
oleh mahasiswa jurusan kedokteran untuk membuat alat leptospray. Karena
mahasiswa jurusan kedokteran tidak memahami bagaimana membuat alat tersebut
karena dilengkapi dengan berbagai sensor.
Dari situ
dia akhirnya mengembangkan alat leptospray dan sudah dipatenkan hak ciptanya di
KAUNI (Kantor Aliansi Universitas dan Industri) bersama rekan-rekannya dari
fakultas kedokteran. Alat ini masih terus dikembangkan karena menurutnya masih
banyak kekurangannya.
Alat
Leptospray ini digunakan untuk mencegah penyakit leptospirosis yang menyebabkan
infeksi oleh lestospira. Lestospira sendiri hidup di urin tikus. Sistem kerja alat
leptospray hasil karyanya ini bisa mengeluarkan gelombang suara ultrasonik
untuk mencegah tikus datang dan spray dari ekstrak minyak kayu putih yang akan
mengusir tikusnya, karena tikus tidak menyukai bau minyak kayu putih. Pengguna
alat ini akan menerima pesan singkat atau SMS ketika tikus terdeteksi oleh alat
leptospray.
Alat
Leptospray ini kemudian diikutsertakan dalam ajang International Trade Fair
Inovation and Invention 2017 di Nunberg Jerman. Dia dan rekan-rekan dari
fakultas kedokteran UII bersaing dengan universitas dari berbagai negara dunia,
dan negara Indonesia hanya diwakiliki oleh UII dan UNDIP.
Event International
Trade Fair Inovation and Invention 2017 di Nunberg Jerman diikuti oleh berbagai
perguruan tinggi dan perusahaan besar dari berbagai negara dunia, seperti Arab,
Iran, Rusia, Jerman, China, Korea, Malaysia, Taiwan, dan masih banyak negara
lainnya.
Banyak
karya inovatif dari negara lain, seperti Jerman yang membuat alat untuk membersihkan
polusi udara dengan mengambil gas, asap, dan lainnya lalu mengubahnya menjadi
cair seperti karbon monoksida. Dari Korea ada yang membuat alat bantu untuk
penyandang tuna netra, dan masih banyak lagi inovasi lainnya.
Sementara pengumuman
pemenang International Trade Fair Inovation and Invention 2017 ini akan
diumumkan tanggal 5 Nopember 2017 mendatang dan dia meminta doanya terutama
warga Indramayu agar karyanya mendapatkan hasil yang terbaik.
Ada pengalaman
menarik sewaktu dia sampai di Jerman, saat itu ada pemeriksaan di Bandara
Frankfurt Jerman karena saat ditanya oleh petugas bandara perihal uang yang
dibawa dia menjawab hanya memiliki uang 60 Euro atau setara dengan 1 juta. Petugas
bandara terkejut karena biasanya wisatawan yang datang ke Jerman membawa uang
lebih dari itu, tapi beruntung temannya membawa uang banyak sehingga akhirnya
dia lolos pemeriksaan.
Chaerul
Anam sebelum berangkat ke Jerman sebelum berangkat ke Jerman sudah berusaha
mencari dana dengan mengajukan proposal ke kecamatan dan Pemda kabupaten
Indramayu tetapi sayang tidak ada yang mendukung tambahan dananya karena
anggarannya sedang kosong. Tapi dia bersyukur dapat sponsor dari kampus sebesar
15 jutaan.
Chaerul Anam sendiri mengenyam pendidikan sekolah dasar di SD Amis 1, SMP di SMP Al Ishlah Tajug, dan SMA di SMA Al Ishlah Boarding School Tajug Balongan Indramayu.
Pemuda Desa yg membanggakan
ReplyDelete