Tata Cara Upacara Adat Pernikahan Indramayu
Ilustrasi baju pernikahan berwarna putih Rizky Billar dan Lesti Kejora. Sumber: Instagram @rizkybillar
Mari mempelajari tata cara upacara adat pernikahan yang ada di kawasan Indramayu, Jawa Barat. Informasi ini bisa menjadi pengetahuan atau referensi Anda yang ingin menggelar pernikahan dengan mengikutsertakan upacara adat di dalamnya.
Sebelum menuju tata caranya, ada sejumlah ketentuan yang mesti diperhatikan pihak kedua pengantin maupun keluarganya masing-masing yakni berkaitan dengan pasrahan dan penentuan tanggal akad nikah dan resepsi.
Terkait pasrahan, pihak laki-laki wajib menyiapkan ranjang, meja, kursi, lemari, dipan, kursi tamu, atau harta benda fisik yang nanti akan dipakai. Sedangkan pihak perempuan bisa menyiapkan kasur dan bantual, kelambu, serta peralatan dapur.
Untuk tanggal akad nikah dan resepsi, keduanya ditentukan berdasarkan pengantin perempuan, itu artinya hendaknya tanggal itu baik bagi pihak pengantin perempuan termasuk dengan waktu pelaksanaannya. Contohnya jika akad nikah digelar di tanggal 5 Maret jam 10.00, maka pelaksanaannya harus tepat di waktu tersebut. Ketentuan ini dibuat berdasarkan sebuah perhitungan.
Biasanya kegiatan akad nikah dibedakan tanggalnya dengan resepsi. Setelah menikah nanti, pengantin laki-laki bisa tinggal di kediaman pengantin perempuan hanya 1 pekan setelah resepsi, setelah itu ia membawa istri ke kediaman laki-laki.
Tata cara upacara adat pernikahan Indramayu
Berikut tata caranya yang bisa disimak:
1. Membasuh kaki suami sepulang akad nikah
Akad nikah tidak digelar di kediaman perempuan, melainkan di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Sepulang dari sana, pengantin perempuan membasuh kaki suami di tengah-tengah pintu depan rumah. Kaki suami dibasuh di atas alas yang terdiri atas bokor, welirah (bagian dari alat tenun) dan bahan lainnya dengan menggunakan air kembang.
Tujuannya agar sebagai simbol perempuan berbakti kepada suami, juga untuk menyambut sang suami yang akan menjadi keluarga baru.
2. Jam 4 pagi di hari H resepsi, pengantin datang ke orang tua suami
Hari H resepsi pun tiba. Jam 4 pagi di hari itu, suami dan istri yang sudah sah datang ke orang tua laki-laki untuk memandikan mereka. Sang suami memanggul air untuk memandikan ayahnya, istri membawa bakul air untuk memandikan ibu mertuanya. Setelah itu, mereka melaksanakan salat subuh berjemaah.
Tujuannya sebagai bentuk bakti anak yang terakhir untuk orang tuanya, memanjakan orang tua untuk terakhir kalinya sebelum mereka berumahtangga. Hal ini sedikit berbeda dengan adat Jawa di kawasan Jawa Tengah (Solo) dan Yogyakarta pada umumnya, di sana justru pengantin yang dimandikan orang tuanya sebagai simbol memanjakan anak untuk terakhir kali.
3. Suami mengantar istri ke lokasi hajat (kediaman perempuan)
Setelah suami mengantar istri, ia kembali lagi ke rumah orang tuanya untuk dimandikan orang tuanya. Begitu juga dengan datangnya istri di rumah yakni untuk dimandikan oleh orang tuanya sendiri. Tujuannya yakni sebagai wujud memanjakan anak untuk terakhir kali.
4. Suami dan rombongan datang ke lokasi hajat
Suami diarak oleh keluarga dan kerabatnya ke lokasi hajat dengan menaiki kuda, sedangkan para pengiringnya berjalan kaki.
5. Pengantin sungkem ke orang tua dan mertua
Sebelum sungkem, pengantin menyiapkan 4 setel pakaian lengkap, 2 untuk ayah dan mertua laki-laki, contohnya berisi peci, topi, sarung, celana panjang, kemeja, kaos, jas, pakaian dalam, sandal, sepatu, dan sebagainya untuk melengkapi. Sedangkan 2 setelan lainnya untuk ibu dan mertua perempuan juga harus lengkap. Di sisi lain, orang tua dan mertua masing-masing harus menyiapkan uang pengganti dengan nominal minimal setara dengan 1 setel pakaian tersebut.
Setelah disiapkan, pengantin laki-laki sungkem ke ayah, pengantin perempuan sungkem ke ibu mertua, setelahnya lalu memberikan masing-masing 1 setel pakaian ke mereka. Begitu pun sebaliknya saat setelah pengantin laki-laki sungkem ke ayah mertua dan pengantin perempuan sungkem ke ibunya. Kegiatan ini diiringi kidung pengantin yang teksnya bisa didapat di tautan berikut. (KLIK DI SINI)
Makna tahap ini adalah orang tua dan mertua memberikan uang itu sebagai modal untuk anaknya mengarungi bahtera rumah tangga, sedangkan sang anak memberikan 4 setel pakaian itu sebagai wujud baktinya kepada orang tua.
6. Pengantin makan nasi ketan kuning
Saat hadirin dan tamu undangan makan di tempat yang disediakan, pengantin makan nasi ketan kuning di ranjang pengantin, saling suap menyuap. nasi ketan kuning itu dicampur dengan banyak makanan seperti daun gemblak, daun turi, labu putin, sedikit ayam, kukusan daun pace, ketan, dodol merah, ketan putu, dan banyak lagi dalam jumlah sedikit.
Adapun maksudnya adalah karena nasi ketan itu lengket dan kuat melekat, diharapkan ikatan pernikahan nanti juga akan kuat, turi menandakan sehidup semati, sedikitnya bahan-bahan itu diartikan sebagai simbol hidup bersama.
Sebagai catatan, saat resepsi berlangsung, ranjang pengantin dijaga oleh nenek-nenek atau anggota keluarga yang sudah sepuh. Di atasnya ditaruh ayam hidup, anak ayam (pitik) hidup, kelapa, beras, gula, dan sebagainya.
7. Témo
Témo adalah kegiatan serupa sawéran untuk pengantin. Masing-masing pengantin berada pada posisi berjauhan menghadap sebuah wadah tempat uang yang akan diberikan hadirin dan tamu undangan. Témo dimulai saat kidung dinyanyikan sinden. Setelah selesai, uang dari wadah berbeda itu dimasukkan ke satu wadah, lalu pengantin berebut mendapatkan yang paling banyak.
Simbol ini menandakan jika pihak pengantin laki-laki yang mendapat uang terbanyak, ia dipercaya akan bisa mencari uang lebih banyak dari pengantin perempuan, begitu juga sebaliknya.
Adat istiadat pernikahan dalam 7 tahap berikut dilaksanakan di Desa Jambak, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Ada perbedaan dengan yang diterapkan di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu yakni sebelum sungkem (no 5), pengantin laki-laki menginjak telur, lalu kakinya dibasuh perempuan, sebagai gantinya sang suami menyisir rambut perempuan.
Maknanya yakni sebagai bakti perempuan kepada laki-laki, juga wujud mengayomi dari laki-laki ke perempuan. Di suatu desa di Indramayu, bahkan ada yang mewajibkan perempuan untuk meminum air tempat kaki suaminya dibasuh tersebut.
Terkait dengan pakaian, pada upacara adat pernikahan di Indramayu, biasanya laki-laki dan perempuan memakai baju putih yang bermakna kesucian, sama dengan yang digunakan Keraton Cirebon karena masih ada pengaruh dari sana. Hal ini tentu berbeda dengan Jawa di Solo dan Yogyakarta yang biasanya pengantin memakai pakaian hitam.
---
DISCLAIMER: tulisan ini adalah hasil wawancara dengan Wangi Indriya, Pimpinan Sanggar Mulya Bhakti, Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu pada Rabu, 8 Juni 2022 pukul 9.30-11.30 WIB. Tulisan ini tidak menjelaskan secara keseluruhan tata cara upacara adat pernikahan di Indramayu, Jawa Barat, masih ada tahap lain yang masih perlu digali, ada perbedaan di antara sejumlah desa di Indramayu.